Rabu, 10 Desember 2014

materi takror (bahasa arab)


ا لّتَكْرَارْ
            Takror adalah perulangan sebuah kata atau kelompok kata yang persis sama. Takror pada dasarnya menunjukan sebuah kata atau kelompok kata yang mendapat pengulangan  itu dianggap penting, karena merupakan pikiran inti yang harus lebih di tonjolkan dari unsur-unsur  teks yang lain.
            Dari segi struktur takror di kategorikan kepada tiga model perulangan, yaitu: perulangan bersambungan, perulangan tidak bersambungan, dan perulangan terpisahkan. 
1.    (ا لّتكرار) bersambungan, yang di hubungkan oleh حَرْ فُ الْعَتْفِ )( atau oleh kata tanya      ( أَدَة اسْتِفْهَامْ ) ada pula yang tidak di hubungakan sama sekali, seperti tampak pada ayat di bawah ini.
[1](الْحَا قَّةُ) (1) مَا (لحآقَّةُ) (2) ومآ أدْرَلك ما لحآ قَّةُ (3) كدّ بتثمودُ وَعاَدٌ بِالْقَارِعَةِ (4) (الحاقة 1-4)
Artinya: hari kiamat (1) apakah hari kiamat itu? (2) dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (3) kaum tsamud dan Ad telah mendustakan hari kiamat (4).
[2] (القارعةُ) {1} مَا(القرعة ) {2} ومآ أدْرَلك ما (القرعة) {3} يومَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَا الْفَرَاشِ المَبْثُوْ ثِ {4} (القرعة : 1-4)
Hari kiamat (1) apakah hari kiamat iitu? (2) dan tahukah kamu apa hari kiamat itu? (3) pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran(4).
[3] ثُمَّ دَهَبَ إلَى أهلِهِ يَتَمَطَّى {33} (أَوْلَى) لَكَ (فَأَ وْلَى) {34} ثُمَّ (أوْ لى) لَكَ (فَأَوْلَى) {35} (القيمه: 33-35)
Kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak ( sombong ) (33). Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu(35).
[4] عمَّا يتَسآَءَلُوْنَ {1} عَنِالنَّبَإِ العَضيْمِ{2} (الَّدي هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ{3}  (كلَّ سَيَعْلَمُوْنَ){4} ثُمَّ (كَلَّا سَيعلَمُوْنَ) {5} (النبأ 1-5)
Tentang apakah mereka saling bertanya tanya?(1) Tentang berita yang besar (hari berbangkit) (2) yang mereka perselisihkan tentang ini (3) sekali kali kelak mereka akan mengetahui (4) kemudian sekali kali tidak kelak mereka mengetahui(5).
[5] ألْهَكُمُ التَّكَا ثُرُ{1} حَتَّىَ زُرْتُمُ الْمَقَا بِرَ {2} (كَلَّا سَوْ فَ تَعْلَمُوْنَ) {3} ثُمَّ (كلَّا سَوْفَ تَعلمُون) {4}
 (التكا ثرر 1-4)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (1) sampai kamu masuk ke dalalm kubur (2) janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) (3) dan janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui(4).
Perulangan dalam ayat di atas semuanya tampak bersambungan yang di hubungkan dengan satu penghubung atau lebih, yaitu:
{مَالْاِسْتِفْهَا مِيَةْ/ وَاوُلْعَطْفِ/ف/ثم}
Atau tanpa kata penghubung, yaitu pada ayat (6).
Pada ayat (1), terdapat tiga kali perulangan kata( الْحَا قَّةُ), di maksudkan sebagai penegasan bbakal datangnya hari kiamat yang di ingkari oleh kaum عاد dan kaum ثمود

2.    (ا لّتكرار ) tidak bersambungan seperti pada ayat-ayat berikut.
{1} لِلَّهِ (مَا) فِى السَّمَوَتِ (وَمَا) فِى لأَرْضِ وَإِنْتُبْدُوْامَا فِى أَنْفُسِكُمْ أَوْتُخْفُوْهُ يُحَا سِبْكُمْ بِهِ آللَّهُ ... {البقرة 284}
Kepunyaan allah lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi...

{2} (وَأَطِيْعُوْ) آللهَ (وَأَطِيْعُوْ) آلرَّسُوْلَ فَإِنْ تَوَلَيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلى رَسُوْ لِنَا آلْبَلَغُوْ الْمُبِيْنَ {12}(التغبن:12)
Perulangan maushul (مَا) tidak bersambungan, karena terpisah oleh silah maushul masing-masing. Juga perulangan kata (وَأَطِيْعُوْ) terpisah oleh objek (maf’ul bih), memang melihat konteks kalimat setelahnya, kata (مَا) dan kata ((وَأَطِيْعُوْ perlu mendapat perulangan. Jika tidak, maka teks ayat akan kehilangan nilai balaghah perulangan.
Sementara itu dalam al-quran terdapat taqror kalimat yang terletak berjauhan satu sama lain dalam satu surat seperti ayat berikut:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلدِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّ كِرٍ (القمر: 17-22-32-40)
(4 kali perulangan di antara 55 jumlah ayat seluruhnya)
Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-qu’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
فَبِأَىِّءَالآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَدِّ بَا نِ (الرحمن:13-77)
Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
       Perulangan ayat-ayat tersebut di atas dapat di pahami atas dasar satu prinsip yang mengatakan, bahwa kata atau kelompok kata yang mendapat pengulangan itulah yang di anggap penting dalam suatu teks, karena merupakan pikiran inti atau gagasan utama yang harus mendapat penekanan atau harus lebih di tonjolkan dari unsur-unsur teks yang lain. Dengan prinsip tersebut maka pengulangan (فَبِأَىِّءَالآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَدِّ بَا نِ) sebanyak 31 kali dalam surat (الرحمن) dapat di pahami sebagai penegasan dalam mengingatkan manusia akan pentingnya bersyukur (tidak ingkar) kepada tuhan yang telah memberikan berbagai nikmat tak terhingga yang di sebutkan secara terperinci nikmat demi nikmat yang masing-masing di susul oleh pertanyaan  (فَبِأَىِّءَالآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَدِّ بَا نِ) juga pengulangan ayat
(وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلدِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّ كِرٍ) dalam surat(القمر ), masing masing sebagai penegasan terhadap makna ayat yang bersangkutan.
3.    (ا لّتكرار) (pengulangan) unsur pertama suatu jumlah
Unsur pertama di ulang jika jumlah atau kalimatnya terlalu panjang sehingga jika tidak di ulang maka kesatuan gagasan dalam kalimat itu menjadi tidak jelas atau kabur . contoh:
(1) ثُمَّ {إِنَّ رَبَّكَ} للَّدِيْنَ عَمِلوْ اْ آاسُّوْءَ بِجَهلَةٍ ثُمَّ تَا بُوْا مِنْ بعْدِ دَلِكَ وَاصْلَحُوْاْ  {إِنَّ رَبَّكَ} مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُوْ رٌرَّحِيْم (انحل: 119)
Kemudin sesungguhnya tuhanmu bagi orang –orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohanya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya tuhanmu sesudah itu benar-benar maha pengampun lagi maha penyayang.
Perhatikan jika kata (رَبَّكَ )sebagai (مبتد) atau sebagai (اسم إن) tidak di ulang maka kesatuan atau hubunganya dengan (خبر) yaitu kata (لَغَفُوْ رٌرَّحِيْم) bisa menjadi tidak jelas atau kabur, karena (خبر- مبتد) di pisahkan oleh kata-kata tambahan yang banyak yaitu:
 للَّدِيْنَ عَمِلوْ اْ آاسُّوْءَ بِجَهلَةٍ ثُمَّ تَا بُوْا مِنْ بعْدِ دَلِكَ وَاصْلَحُوْا
(2) {لاَ تَحْسَبَنَّ لَّدِيْنَ يَفْرَحُوْنَ} بِمَا أَتَوْ وَّيُحِبُّوْنَ أنْ يُحْمَدُوْا بِمَالَمِ يَفْعَلُوْاْ {فَلَاتَحْسَبَنَهُمْ} بِمَفَا زَةٍ مِّنَ الْعَدابِ...
(آل عمرن : 177)
            Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang –orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya di puji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa...
            Jika kata ( لاَ تَحْسَبَنَّ ) tidak di ulang, maka kesatuanya dengan objeknya,Yaitu  (بِمَفَا زَةٍ مِّنَ الْعَدابِ ) bisa menjadi kabur, karena keduanya di pisah oleh kata-kata yang banyak, yaitu:  (بِمَا أَتَوْ وَّيُحِبُّوْنَ أنْ يُحْمَدُوْا بِمَالَمِ يَفْعَلُوْ). Pengulangan macam ini dalam balaghah di sebut (اَلتّكْرَار لِطُوْلِ الْفَصْلِ ) artinya karena adanya pemisahan yang panjang.


untuk ibu tersayang


 UNTUK IBUU

Ibu, jika mereka bertanya apakah aku takut mati?
Aku jawab "iya"
Tapi, ada yang membuatku lebih takut lagi
Adalah saat dimana ibu tak lagi bergerak
Adalah saat dimana ibu takkan kembali
Ibu takkan mempedulikan tangisanku lagi
Sekeras apapun itu
Bu, aku pernah bermimpi
Dalam mimpi aku mencari ibu
Namun tak kutemkan ibu dimanapun
Bahkan, aku pernah bermimpi lagi
Ibu terpejam, tanpa napas dan gerak
Aku menangis sejadi-jadinya
Dadaku sesak, dan peluhku berjatuhan
Mimpi yang telah mencekam malamku
Menyadarkanku akan ketakutan yang teramat sangat
Ibu, aku takut ibu mati
Aku takut ibu meninggalkanku selamanya

PUISI



 untuk ayah tercinta 
dari anakmu ....



Ayah.....
Kau yang mencari nafkah
Keluargamu bahagia karnamu
Lelah kau lewati
Keringat adalah tanda jasamu selama ini
Ayah....
Nasihatmu bagaikan suara merdu
Suara yang indah dari hati mu
Ayah....
Kau yang telah lindungi keluargamu
Kasih sayangmu takan ku lupa
Semoga tuhan melindungimu
                                     Terima kasih ayah….