ا لّتَكْرَارْ
Takror adalah perulangan sebuah kata
atau kelompok kata yang persis sama. Takror pada dasarnya menunjukan sebuah kata
atau kelompok kata yang mendapat pengulangan
itu dianggap penting, karena merupakan pikiran inti yang harus lebih di tonjolkan
dari unsur-unsur teks yang lain.
Dari segi struktur takror di
kategorikan kepada tiga model perulangan, yaitu: perulangan bersambungan,
perulangan tidak bersambungan, dan perulangan terpisahkan.
1.
(ا
لّتكرار) bersambungan,
yang di hubungkan oleh حَرْ
فُ الْعَتْفِ )( atau oleh kata tanya
( أَدَة
اسْتِفْهَامْ ) ada pula yang tidak di hubungakan sama sekali, seperti tampak
pada ayat di bawah ini.
[1](الْحَا قَّةُ) (1) مَا (لحآقَّةُ) (2) ومآ أدْرَلك
ما لحآ قَّةُ (3) كدّ بتثمودُ وَعاَدٌ بِالْقَارِعَةِ (4) (الحاقة 1-4)
Artinya: hari
kiamat (1) apakah hari kiamat itu? (2) dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?
(3) kaum tsamud dan Ad telah mendustakan hari kiamat (4).
[2] (القارعةُ) {1} مَا(القرعة ) {2} ومآ
أدْرَلك ما (القرعة) {3} يومَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَا الْفَرَاشِ المَبْثُوْ ثِ {4}
(القرعة : 1-4)
Hari kiamat (1)
apakah hari kiamat iitu? (2) dan tahukah kamu apa hari kiamat itu? (3) pada
hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran(4).
[3] ثُمَّ دَهَبَ إلَى أهلِهِ يَتَمَطَّى {33} (أَوْلَى) لَكَ (فَأَ
وْلَى) {34} ثُمَّ (أوْ لى) لَكَ (فَأَوْلَى) {35} (القيمه: 33-35)
Kemudian ia
pergi kepada ahlinya dengan berlagak ( sombong ) (33). Kecelakaanlah bagimu
(hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu(35).
[4] عمَّا يتَسآَءَلُوْنَ {1} عَنِالنَّبَإِ
العَضيْمِ{2} (الَّدي هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ{3} (كلَّ سَيَعْلَمُوْنَ){4} ثُمَّ (كَلَّا
سَيعلَمُوْنَ) {5} (النبأ 1-5)
Tentang apakah
mereka saling bertanya tanya?(1) Tentang berita yang besar (hari berbangkit)
(2) yang mereka perselisihkan tentang ini (3) sekali kali kelak mereka akan
mengetahui (4) kemudian sekali kali tidak kelak mereka mengetahui(5).
[5] ألْهَكُمُ التَّكَا ثُرُ{1} حَتَّىَ
زُرْتُمُ الْمَقَا بِرَ {2} (كَلَّا سَوْ فَ تَعْلَمُوْنَ) {3} ثُمَّ (كلَّا
سَوْفَ تَعلمُون) {4}
(التكا ثرر 1-4)
Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu (1) sampai kamu masuk ke dalalm kubur (2) janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) (3) dan janganlah begitu
kelak kamu akan mengetahui(4).
Perulangan
dalam ayat di atas semuanya tampak bersambungan yang di hubungkan dengan satu
penghubung atau lebih, yaitu:
{مَالْاِسْتِفْهَا مِيَةْ/ وَاوُلْعَطْفِ/ف/ثم}
Atau tanpa kata
penghubung, yaitu pada ayat (6).
Pada ayat (1), terdapat tiga kali perulangan kata( الْحَا قَّةُ), di maksudkan sebagai penegasan bbakal
datangnya hari kiamat yang di ingkari oleh kaum عاد dan kaum ثمود
2.
(ا
لّتكرار ) tidak bersambungan seperti
pada ayat-ayat berikut.
{1}
لِلَّهِ (مَا) فِى السَّمَوَتِ (وَمَا) فِى لأَرْضِ وَإِنْتُبْدُوْامَا فِى
أَنْفُسِكُمْ أَوْتُخْفُوْهُ يُحَا سِبْكُمْ بِهِ آللَّهُ ... {البقرة 284}
Kepunyaan allah lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi...
{2} (وَأَطِيْعُوْ) آللهَ (وَأَطِيْعُوْ)
آلرَّسُوْلَ فَإِنْ تَوَلَيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلى رَسُوْ لِنَا آلْبَلَغُوْ
الْمُبِيْنَ {12}(التغبن:12)
Perulangan
maushul (مَا)
tidak bersambungan, karena terpisah oleh silah maushul masing-masing. Juga
perulangan kata (وَأَطِيْعُوْ) terpisah oleh objek (maf’ul bih), memang
melihat konteks kalimat setelahnya, kata (مَا) dan kata ((وَأَطِيْعُوْ perlu mendapat perulangan. Jika tidak, maka
teks ayat akan kehilangan nilai balaghah perulangan.
Sementara
itu dalam al-quran terdapat taqror kalimat yang terletak berjauhan satu sama
lain dalam satu surat seperti ayat berikut:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلدِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّ كِرٍ
(القمر: 17-22-32-40)
(4
kali perulangan di antara 55 jumlah ayat seluruhnya)
Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-qu’an untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?
فَبِأَىِّءَالآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَدِّ بَا نِ (الرحمن:13-77)
Maka nikmat tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?
Perulangan ayat-ayat
tersebut di atas dapat di pahami atas dasar satu prinsip yang mengatakan, bahwa
kata atau kelompok kata yang mendapat pengulangan itulah yang di anggap penting
dalam suatu teks, karena merupakan pikiran inti atau gagasan utama yang harus
mendapat penekanan atau harus lebih di tonjolkan dari unsur-unsur teks yang
lain. Dengan prinsip tersebut maka pengulangan (فَبِأَىِّءَالآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَدِّ بَا نِ) sebanyak 31 kali dalam surat (الرحمن) dapat di pahami sebagai penegasan dalam mengingatkan manusia
akan pentingnya bersyukur (tidak ingkar) kepada tuhan yang telah memberikan berbagai
nikmat tak terhingga yang di sebutkan secara terperinci nikmat demi nikmat yang
masing-masing di susul oleh pertanyaan (فَبِأَىِّءَالآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَدِّ بَا نِ) juga pengulangan ayat
(وَلَقَدْ
يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلدِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّ كِرٍ) dalam surat(القمر ), masing masing sebagai penegasan terhadap makna ayat yang
bersangkutan.
3.
(ا
لّتكرار) (pengulangan)
unsur pertama suatu jumlah
Unsur
pertama di ulang jika jumlah atau kalimatnya terlalu panjang sehingga jika
tidak di ulang maka kesatuan gagasan dalam kalimat itu menjadi tidak jelas atau
kabur . contoh:
(1) ثُمَّ {إِنَّ رَبَّكَ} للَّدِيْنَ عَمِلوْ
اْ آاسُّوْءَ بِجَهلَةٍ ثُمَّ تَا بُوْا مِنْ بعْدِ دَلِكَ وَاصْلَحُوْاْ {إِنَّ رَبَّكَ} مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُوْ رٌرَّحِيْم
(انحل: 119)
Kemudin sesungguhnya tuhanmu
bagi orang –orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohanya, kemudian
mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya tuhanmu
sesudah itu benar-benar maha pengampun lagi maha penyayang.
Perhatikan jika kata (رَبَّكَ )sebagai (مبتد) atau sebagai (اسم إن) tidak di ulang maka kesatuan atau hubunganya dengan (خبر) yaitu kata (لَغَفُوْ
رٌرَّحِيْم) bisa menjadi tidak jelas atau kabur, karena (خبر- مبتد) di pisahkan oleh kata-kata tambahan yang
banyak yaitu:
للَّدِيْنَ عَمِلوْ اْ آاسُّوْءَ بِجَهلَةٍ
ثُمَّ تَا بُوْا مِنْ بعْدِ دَلِكَ وَاصْلَحُوْا
(2)
{لاَ تَحْسَبَنَّ لَّدِيْنَ يَفْرَحُوْنَ} بِمَا أَتَوْ وَّيُحِبُّوْنَ أنْ يُحْمَدُوْا
بِمَالَمِ يَفْعَلُوْاْ {فَلَاتَحْسَبَنَهُمْ} بِمَفَا زَةٍ مِّنَ الْعَدابِ...
(آل
عمرن : 177)
Janganlah
sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang –orang yang gembira dengan apa yang
telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya di puji terhadap perbuatan yang
belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari
siksa...
Jika
kata ( لاَ تَحْسَبَنَّ
) tidak di ulang, maka kesatuanya dengan objeknya,Yaitu (بِمَفَا زَةٍ مِّنَ الْعَدابِ ) bisa menjadi kabur, karena keduanya di pisah
oleh kata-kata yang banyak, yaitu: (بِمَا أَتَوْ وَّيُحِبُّوْنَ أنْ يُحْمَدُوْا بِمَالَمِ يَفْعَلُوْ).
Pengulangan macam ini dalam balaghah di sebut (اَلتّكْرَار لِطُوْلِ الْفَصْلِ ) artinya karena adanya pemisahan yang
panjang.